Indahnya Geologi

Indahnya Geologi

Kamis, 24 Maret 2011

GIS analysis of Mass Movement on Girimulyo District, Kulonprogo, D.I. Yogyakarta and Study of Controlling Factors

Azim, Irien, Yogi, Asnanto, and Salahuddin Husein
Presented on Bali 2010 International Geosciences Conference & Exposition

ABSTRACT

There were several landslides had occurred at Girimulyo District, Kulonprogo Regency, Yogyakarta Special Province. These suggest that this area exhibits high potential of mass movement. This research is intended to map and analyze the mass movement potentail by using two methods, i.e. qualitative and quantitative, respectively. Direct observation is on site study for internal factors (e.g. lithologies and geologic structure) and external factors (e.g slope, vegetation, and landuses). Quantitative method utilizes Geographic Information System (GIS) spatial analysis on weighted parameters, i.e. slope, lithologies, geologic structures, and landuses. The research area is mainly composed of weathered lithologies of andesit breccia and breccia tuff covering steep slopes, whilst the rainfall rate reaches up to 2205 mm/y. Both factors are presumed to be the main trigger of mass movement. Result of this research is landslide susceptibility zonation which consist ot four levels which can be used as a basic information for hazard mitigation and regional planning. There were two types of mass movement exist at this area, fall movement were predominant in andesitic intrusion, whereas flow movement mainly took place in andesitic breccias, coralline limestones, and tuffaceous siltstones. This study suggests that more attention and awareness should be paid for areas with high and very high susceptibility levels such as Tanggulangin, Talunombo, and Giripurwo, particularly during high rainy season.
Keywords: Landslide, GIS, Types of Mass Movement, Internal Factors, External Factors, Girimulyo Yogyakarta.

versi Indonesia:
Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo, Propinsi DIY dikenal sebagai salah satu lokasi yang berpotensi cukup tinggi dalam terjadinya gerakan tanah. Hal ini terbukti dari banyaknya lokasi gerakan tanah yang ditemukan dan telah menimbulkan kerugian. Penelitian ini ditujukan untuk memetakan dan menganalisis potensi gerakan massa dengan 2 metode yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pengamatan langsung di lapangan dilakukan dengan memperhitungkan faktor internal (litologi dan struktur geologi) dan faktor eksternal (kemiringan lereng, vegetasi, dan tataguna lahan). Metode kuantitatif dengan menggunakan analisa keruangan Sistem Informasi Geografi (SIG) pada parameter yang telah diberi bobot. Terdapat empat parameter yang diberi bobot yaitu litologi, struktur geologi, tata guna lahan, dan kemiringan lereng. Litologi pada lokasi penelitian terutama tersusun oleh breksi andesit dan breksi tuff yang telah mengalami pelapukan cukup tinggi, sedangkan curah hujan secara umum sebesar 2205 mm/tahun. Kedua faktor diatas diduga menjadi salah satu penyebab utama terjadinya gerakan tanah. Penelitian ini menghasilkan peta kerentanan tanah dan terbagi menjadi empat zona yang digunakan sebagai informasi dasar untuk melakukan mitigasi bencana dan pengembangan area yang lebih baik dan terencana. Terdapat dua jenis longsoran yaitu tipe aliran dan tipe jatuhan. Tipe aliran mendominasi jenis tanah longsor yang ada di daerah ini. Hasil penelitian juga menunjukan perlunya peningkatan kewaspadaan terhadap daerah yang termasuk zona tinggi dan sangat tinggi seperti desa Tanggulangin, Tanulombo, dan Giripurwo terutama pada saat musim penghujan.
Kata kunci: Gerakan Massa, SIG, Jenis longsor, Faktor Internal dan Eksternal, Girimulyo Yogyakarta.


berbahagia bersama tim "dapet best paper Internasional euy--> spiks mas yogi ngeriks emang

Kamis, 10 Maret 2011

Geowisata di sekitar Jogja (yogyakarta)

Belajar ilmu geologi bukan melulu juga belajar tentang mineral, minyak bumi, batubara,dll, tapi juga mempelajari keindahan alam yang di ciptakan Allah SWT. Dalam ilmu geologi ada juga matakuliahnya yang terkait dengan bentang alam. Namanya kuliah geomorfologi. Pokoknya dalam mata kuliah yang satu ini bakal sering jalan2 melihat bentang alam yang indah-indah.

Pada kesempatan ini saya akan memperlihatkan sedikit foto-foto jalan-jalan ke tempat2 yang memiliki pemandangan asyik di sekitaran kota Jogja. Oke kita langsung saja ke TKP:

1. Pemandangan Gunung Merbabu dari Pasar Bubrah (hampir sampai di Puncak Merapi)
Walaupun jalan kaki dari jam 12 malem sampai puncak merapi jam 3 pagi, tetap semangat demi melihat keindahan alam ciptaan Allah SWT.


2. Keceriaan bersama teman2 di Pantai Parangtritis (Paris), ketawa-ketiwi lepas setelah menempuh perjalan naik motor santai 1 jam dari Jogja.



3. Melihat tebing yang Indah di Gunung Kidul, ya kira 1 jam lah dari jogja ke arah timur.



4. Melihat bentang alam kars di gunung kidul juga, ya 2 jam an lah dari jogja.



5. atau ngeliat padang2 pasir Parangkusumo (serasa di gurun euy), ni gumuk pasir letaknya gak jauh dari Parangtritis.



Pokoknya sekitar Jogja masih banyak tempat2 yang indah, dilain waktu saya posting lagi...

Selasa, 08 Maret 2011

Cerpen Dasar-Dasar Log (pengeboran)

Terinspirasi dari course kemarin sabtu, saya kelabakan mengerjakan analisis data logging. cos, udah pada lupa dasar-dasarnya (wah ketahuan jarang belajar euy hehehe).
Supaya ingat kembali, saya mencoba menulis di blog ini, ya itung-itung berbagi juga untuk semua.. lets see..

Pada kesempatan ini saya akan mencoba membahas secara singkat 7 jenis log yang sangat sering digunakan dalam pengeboran. Pengetahuan ini saya dapatkan dari Bapak-bapak dosen GMB, Jurusan Teknik Geologi FT UGM, kalau ada yang salah, berarti saya salah mendengar dan membacanya hehe..

Log yang akan dibahas adalah ; Log Gamma Ray (GR Log), Log Spontaneous Potensial Log SP), Log Caliper (Cali Log) dan Log Bit Size (BS Log), Log Resistivitas (Resistivity Log), Log Densitas (Density Log), Log Neutron (Neutron Log), dan terakhir Log sonik/Akustik (Sonic Log).

Secara singkat, dasar-dasarnya adalah sebagai berikut:
1. Log Gamma Ray
Alat pendeteksi dalam log gamma ray berfungsi menangkap pancaran radioaktif yang di pancarkan oleh formasi batuan (sistem pasif). Beberapa unsur yang ditangkap adalah Thorium, Potasium, dan Uranium. Jika batuan banyak memancarkan ketiga unsur tersebut (atau salah satunya) maka nilai log gamma ray akan tinggi (misalnya pada lempung/shale log gamma ray tinggi karena banyak mengandung potasium, sedangkan pada batupasir bacaan rendah karena?? ya karena kandungan ketiga unsur tersebut memang sangat sedikit).

2. Log Sontaneous Potensial
Prinsip kerjanya adalah alat mengukur beda potensial arus searah antara elektroda yang bergerak di dalam lubang bor dengan elektroda di permukaan. Nilai beda potensial ini sangat tergantung kepada kandungan fluida di dalam formasi, misalnya fluida yang ada di dalam formasi adalah air asin (salin water), maka resistivitas akan sangat kecil dsb.

3. Log Caliper dan Log Bit size
Log Caliper ini berfungsi untuk mengetahui kondisi diameter lubang bor (misalnya dinding sumur ada caving atau tidak dsb), sedagkan log bitsize a menunjukkan ukuran mata bor yang digunakan pada saat pengeboran. Kedua log ini biasanya bersama-sama digunakan untuk mengetahui keadaan dalam lubang bor(perubahan diameter lubang bor).

4. Log Resistivitas
Log resistivitas digunakan untuk mengukur tahanan jenis batuan (beserta fluida yang dikandungnya) terhadap arus listrik yang bamelaluinya. Sifat menghandatkan listrik ini di dapat dari kandungan fluida yang ada di dalam pori-pori batuan.

5. Log Densitas
Berdasarkan berbagaimacam pendekatan, diketahui bahwa batuan yang berpori akan memilili kandungan elektron yang lebih sedikit dibandingkan dengan batuan yang tidak berpori. Sistem kerja log densitas ini memanfaatkan sifat batuan tersebut. Alat menembakkan sinar gamma yang membawa foton ke dalam batuan, kemudian foton-foton tersebut akan bertumbukan dengan elektron yang ada di dalam batuan. Banyaknya energi sinar gamma yang hilang di dalam batuan akan menunjukkan densitas tertentu suatu batuan.

6. Log Neutron
Sama dengan log Densitas, log Neutron ini juga menembakkan sesuatu ke dalam formasi untuk memperoleh data. Pada Log neutron ini partikel yang ditembakkan adalah partikel neutron berenergi tinggi. Jika partikel tersebut menambrak atom H (asumsinya dari senyawa hidrokarbon atau air) maka energi neutron akan melemah. Alat pendeteksi akan menghitung partikel neutron yang kembali dari formasi.semakin tinggi kandungan H di dalam formasi, maka semakin tinggi pula nilai porosity unit yang terbaca oleh alat.

7. Log Sonik/Akustik
Peralatan log sonik ini melepaskan gelombang suara ke dalam batuan, kemudian setelah melewatinya, ditangkap kembali oleh alat penerima.Begitulah ulasan singkat log-log yang sering digunakan pada proses pengeboran minyak bumi... masih banyak yang kurang..

pastinya.. tapi secara mendasar begitulah sistem kerjanya.. selamat menikmati hehehe

Jumat, 04 Maret 2011

Pemboran (drilling)

Belajar ilmu geologi di teknik geologi UGM bukan melulu belajar ilmu geologi murni. Di semester-semester akhir pelajaran tentang aplikasi ilmu geologi untuk energi, sumber daya mineral dan lingkungan semakin banyak didapatkan. Pada kesempatan ini penulis akan berbagi sedikit tentang geologi yang terkait dengan sumber daya energi (minyak bumi). ----> pemboran (sumber gambar : www.drillingsupply.info/exploration-drill-rigs-pictures.html)



Kata-kata pemboran (drilling) sangat sering kita dengarkan,apalagi bagi kita-kita yang tinggal di sekitar lapangan minyak bumi, wah kayak sepakbola aja ada lapangan segala.. hehe. Beberapa pemboran yang penulis ketahui yaitu:
a. Pemboran stratigrafi
b. Pemboran Struktur
c. Pemboran untuk operasi seismik
d. Pemboran Eksplorasi
e. Pemboran Produksi
nah, dalam ilmu geologi, di antara beberapa jenis pemboran yang disebutkan di atas, pemboran eksplorasi lah yang sangat penting.

Beberapa peralatan yang digunakan dalam pemboran:
secara umum peralatan pemboran di istilahkan dengan istilah (bahasa ku ribet banget hehe)drilling rig atau rig pemboran. Secara garis besar rig pemboran ini dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Rotaring System
b. Cyrculating System
c. Hoisting System

Penjelasan begini nih...

a. Rotaring System
berfungsi untuk memutar pipa kelly. nah apalagi arti pipa kelly itu?? pipa kelly itu adalah pipa yang berbentuk persegi enam dengan panjang sekitar 40 ft, berfungsi untuk meneruskan tenaga putaran dari rotaring table menuju pipa pemboran.

b. Cyrculating System
alat yang satu ini berfungsi membantu sistem rotari pada saat terjadi pemboran dan menjaga serta memperbarui lumpur pengeboran dalam lubang pemboran.

c. Hoisting System
berfungsi untuk menurukan dan mengangkat rangkaian pipa, karena pada waktu2 tertentu (misalnya waktu ingin mengambil iti batuan, mengganti mata bor, dsb).

sebenarnya masih banyak penjelasannya, tapi secara umum sampai disini dulu.. see u..
(sumber : kuliah GMB dulu di kampus tgl ft ugm tercinta)

Rabu, 02 Maret 2011

Lineasi vs Lineament

Lineasi adalah terminologi suatu struktur linier pada suatu batuan misalnya; garis aliran, gores garis, susunan sejajar material sedimen pada batuan sedimen atau pada sumbu lipatan. Lineasi sering disamakan dengan lineament, padahal keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Lineament lebih tepatnya diartikan sebagai suatu pola kelurusan morfologi yang dengan mudah dapat diamati dari peta tiga dimensi, yang juga berkaitan dengan kontrol struktur geologi yang terdapat pada daerah tersebut.


Contoh Lineament Morfologi (sumber:http://html.scirp.org)

Lineasi yang ditemukan dilapangan dapat dibedakan menjadi; lineasi berupa goresgaris, lineasi sebagai suatu lipatan, lineasi sebagai hasil perpotongan foliasi, lineasi mineral, lineasi fragmen batuan/ooid, dan boudinage, rods, dan mullion. Masing-masing tipe lineasi tersebut memiliki karakter tertentu sehingga dapat dibedakan. Pembentukan lineasi sekurang-kurangnya dapat dibedakan menjadi 3 mekanisme, yaitu; lineasi karena perubahan kedudukan mineral, lineasi hasil deformasi ooid/pebbles, lineasi terbentuk berupa rods, mullion, dan boudinage. Lineasi memiliki hubungan yang erat dengan pembentukan struktur geologi, baik sesar, ataupun perlipatan.

Gores garis pada sesar menunjukkan arah pergerakan hanging wall terhadap foot wall (sumber: http://blogs.agu.org)