Indahnya Geologi

Indahnya Geologi

Senin, 12 Desember 2011

Dasar-Dasar Fotografi (Fotografi dan Geologi)

Kuliah di geologi ataupun bekerja sebagai seorang geologist pastinya sangat akrab dengan alat yang namanya kamera. Setiap pergi mengambil data di lapangan, kamera tidak akan pernah ditinggalkan oleh seorang mahasiswa geologi ataupun geologist. Fungsi kamera ini pastinya untuk memoto objek-objek geologi yang ada di lapangan. Model utama biasanya adalah batu/singkapan, tetapi pemandangan indah juga sering menjadi model yang menarik sebagai kenampakan morfologi suatu daerah. Selain itu, biasanya para poter dan geologist nya pun tak luput ingin narsis-narsis-an di lapangan. Karena begitu dekatnya dengan kamera, tidak sedikit seorang geologist juga bekerja ganda sebagai fotografer terkenal, misalnya Kristupa saragih (fb: Kristupa Saragih) dan Juniarsam (fb: Al Juniarsam Full), mereka berdua adalah alumni teknik geologi UGM

Pada kesempatan kali ini aku ingin berbagi sedikit pengalaman tentang kamera, khususnya kamera DSLR. Kamera DSLR ini bisa dikatakan sangat tidak praktis dibawa ke lapangan, karena ukurannya yang besar dan bobot yang lebih berat ketimbang kamera pocket. Tetapi, karena hasil jepretannya bagus, banyak juga geologistnya yang suka membawanya ke lapangan.

DSLR merupakan singkatan dari Digital Single Lens Reflex. Kamera jenis ini biasanya digunakan oleh seorang yang profesional dalam dunia fotografi (fotografer). Tetapi, saat ini hampir semua orang bisa memiliki kamera tipe ini, karena harganya cukup terjangkau. Banyak orang lebih menyukai kamera ini ketimbang kamera saku (pocket camera) ataupun kamera prosumer, karena lensa pada kamera DSLR ini dapat diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, proses pengaturan pada kamera DSLR memungkinkan seseorang mengekspresikan kreatifitasnya dalam menjepret sebuah objek.

Berikut akan di jelaskan beberapa komponen pokok yang ada pada sebuah kamera DSLR.
1. Aperture
Aperture merupakan bukaan sebuah lensa yang menjadi pintu masuknya cahaya. Jadi, ketika bukaan aperture besar, maka kamera akan menerima banyak cahaya. Bukaan aperture yang besar sangat dibutuhkan pada kondisi pemotretan dengan cahaya yang minim, misalnya dalam ruangan, atau senja hari, dsb. Selain itu, bukaan aperture juga berfungsi untuk mengendalikan ruang tajam, mudahnya begini; jika kita menyeting aperture pada bukaan besar, latar belakang objek menjadi kabur, sedangkan jika setingan aperture pada bukaan kecil, foto yang dihasilkan cenderung memiliki ketajaman gambar hampir pada semua titik. Setingan Aperture pada kamera DSLR biasanya ditulis sebagai; f/2, f/4, f/6, dan seterusnya. Semakin kecil angka pembagi f (pada contoh tersebut f/2 paling kecil) artinya bukaan aperture semakin besar, artinya cahaya yang masuk ke kamera semakin besar pula, dan latar belakang objek semakin kabur.

2. Shutter Speed
Pada sebuah kamera, didepan sensor kamera tersebut terdapat komponen yang di sebut shutter. Fungsinya adalah mecegah cahaya masuk ketika tobol kamera/tobol shutter tidak di tekan. Semakin lama jendela shutter terbuka, maka akan semakin lama pula sensor kamera terkena cahaya. Dampaknya terhadap hasil jepretan adalah, jika jendela shutter terbuka lama, gambar akan semakin terang, sebaliknya jika shutter terbuka sebentar, gambar menjadi lebih gelap. Pada pengaturan shutter speed, akan terlihat angka-angka seperti; 60, 250, 500 dan seterusnya, ini maknanya adalah jendela shutter akan terbuka selama; 1/60 detik, 1/250 detik, 1/500 detik dan seterusnya. selain itu, pada pengaturan shutter tersebut juga ada tulisan 2" dan sebagainya, itu artinya jendela shutter tebuka selama dua detik. Pada saat jendela shutter terbuka. Jika pada saat jendela shutter masih terbuka, kamera bergerak, maka foto yang dihasilkan akan menjadi blur/kabur. Sehingga untuk pengambilan gambar dengan waktu shutter yang sangat lama di sarankan menggunakan tripod. Sedangkan untuk pengambilan gambar yang bergerak, disarankan menggunakan shutter speed yang cepat.

3. ISO
ISO adalah ukuran sensitivitas sensor terhadap cahaya yang ada. ukuran ISO biasanya dituliskan dalam angka-angka; 100, 200, 400, dan berlipat ganda hingga 6400 (ada juga kamera memiliki ISO yang berbeda. Semakin tinggi pengaturan ISO, misalnya 6400 artinya sensitifitas kamera terhadap cahaya semakin besar, artinya cahaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan gambar sedikit saja, dan sebaliknya. Jadi, jika ingin mengambil gambar pada kondisi yang gelap, sebaiknya menggunakan pengaturan ISO yang tinggi. Tetapi, penggunaan ISO yang tinggi akan menyebabkan gambar yang dihasilkan memiliki kualitas yang kurang baik, karena akan muncul bintik-bintik yang dikenal dengan nama noise.

Sebenarnya masih banyak lagi komponen-komponen DSLR yang lain seperti sensor, megapixel, image stabilizer, metering, mode kamera dan lain-lain. Tetapi ketiga komponen yang sudah di jelaskan di atas (aperture, shutter speed, ISO)-lah yang sangat berpengaruh dalam rangka pengelolaan intensitas cahaya bahasanya beribet amat hehehe Jadi, selamat mencoba ketiga pengaturan di atas, terutama bagi mahasiswa geologi atau geologist yang hobi sekali mengambil data sampai sore menjelang magrib, biasanya lagi dikejar deadline hahahhaa
oke, lebih kurang mohon maaf, sama-sama sebagai pemula...

Minggu, 11 Desember 2011

Endapan Skarn (Skarn Deposit)

Cerita kali ini adalah tentang salah satu jenis endapan mineral yang sangat penting di dunia, yaitu ENDAPAN SKARN yang dalam bahasa Inggris disebut SKARN DEPOSIT. Semua cerita ini di tulis berdasarkan pengalaman kuliah "Geologi Sumber Daya Mineral" di Jurusan Teknik Geologi FT UGM.

Endapan skarn pertama kali dinyatakan sebagai batuan metamorf hasil kontak antara batuan sedimen karbonatan dengan intrusi magma oleh ahli petrologi metamorf, dengan terjadi perubahan kandungan batuan sedimen yang kaya karbonat, besi, dan magnesium menjadi kaya akan kandungan Si, Al, Fe dan Mg dimana proses yang bekerja berupa metasomatisme pada intrusi atau di dekat intrusi batuan beku (Best 1982).

Endapan skarn terbentuk sebagai efek dari kontak antara larutan hidrothermal yang kaya silika dengan batuan sedimen yang kaya kalsium. Proses pembentukannya diawali pada keadaan temperatur 400°C - 650°C dengan mineral-mineral yang terbentuk berupa mineral calc-silicate seperti diopsid, andradit, dan wollastonit sebagai mineral-mineral utama pembawa mineral bijih (Einaudi et al. 1981). Tapi terkadang dijumpai juga pembentukan endapan skarn juga terbentuk pada temperatur yang lebih rendah, seperti endapan skarn yang kaya akan kandungan Pb-Zn (Kwak 1986). Pengaruh tekanan yang bekerja selama pembentukan endapan skarn bervariasi tergantung pada kedalaman formasi batuan.

Klasifikasi Endapan Skarn
1. Berdasarkan batuan yang terubah (tergantikan)/batuan sedimen
a. Eksoskarn
Eksoskarn adalah endapan skarn yang terbentuk di sekitar intrusi batuan beku, tidak mengalami kontak langsung dengan intrusi. Ada juga yang berpendapan bahwa yang dimaksud eksoskarn jika skarn yang terbentuk itu pada batuan non-intrusinya (misalnya pada batugampinya dsb)
b. Endoskarn
Endoskarn adalah endapan skarn yang terbentuk pada kontak batuan sedimen dengan intrusi ataupun di dalam batuan beku intrusi itu sendiri sebagai xenolith. Ada juga yg berpendapat bahwa endoskarn itu jika yang terubah menjadi skarn adalah batuan intrusinya (misalnya pada dioritnya dsb)

2. Berdasarkan jenis mineralnya
a. Skarn Prograde
Mineral skarn pada tipe ini terbentuk pada suhu yang tinggi, dan terjadi pada fase awal. Beberapa jenis mineral pencirinya adalah; garnet, klinopiroksen, biotit, humit,dan montiselit.
b. Skarn Retrograde
Minineral skarn pada tipe ini terbentuk pada suhu yang rendah. Beberapa contoh mineral pencirinya adalah; serpentin, amfibol, tremolit, epidot, klorit dan kalsit.

Endapan skarn sangat penting dalam dunia pertambangan. Sebut saja contohnya beberapa pertambangan emas besar yang beroperasi di Indonesia memiliki endapan tipe ini, misalnya PT. Freeport Indonesia, selain memiliki endapan tipe porfiri, perusahaan ini juga memiliki endapan emas tipe skarn.
Bacaan ini juga bisa dibandingkan dengan bacaan di  http://azim-indonesia.blogspot.com/2012/05/cara-mengenali-batuan-alterasi-how-to.html

Sabtu, 01 Oktober 2011

Mineralogi : Cara sederhana mengindentifikasi dan mengetahui nama mineral

Kata-kata mineral sangat terkenal dan sering kita dengar, tapi tidak semua orang tahu pengertiannya. Mineral bukan hanya terdapat di air mineral lho.. hehe. Pengertian lengkapnya mineral adalah materi penyusun bumi yang merupakan unsur atau senyawa anorganik yang terbentuk secara alami, mempunyai sifat dan komposisi kimia tertentu dan sifat fisik tertentu, mempunyai struktur dalam yang teratur dan berbentuk kristal. Jadi semua benda yang memiliki kriteria tersebut bisa kita sebut sebagai mineral, misalnya emas, perak, tembaga, kuarsa,dan buanyaaak lagi.


ini mineral uraninite (ada uraniumnya lho) sumber : ecolo.org
Dalam mengidentifikasi mineral (analisis petrologi : kenampakan megaskopis dengan mata telanjang atau bantuan loop/kaca pembesar)untuk kebutuhan penamaan mineral , ada beberapa sifat fisiknya yang harus kita ketahui, yaitu:

1. Warna
Warna merupakan kenampakan mineral karena mineral terkena cahaya normal (matahari, lampu, dll). Misalnya hematit berwarna merah, kuarsa tidak berwarna, gipsum berwarna putih, dsb.


kuarsa walaupun tidak berwarna tetap indah (sumber: kidsgen.blogspot.com)

2. Kilap
Kilap merupakan kenampakan mineral akibat memantulkan cahaya, terus apa bedanya dengan warna?? Kalo warna kan seperti yang disebutkan di atas, kalo kilap ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu; kilap logam dan kilap nonlogam.
a. Kilap logam kenampakan mineral seperti logam, misalnya mineral galena, pirit, dll
b. Kilap nonlogam terbagi menjadi (beserta contoh mineralnya) ; kilap intan (intan), kilap kaca (kuarsa), kilap sutera (gipsum), kilap damar (sphalerit), kilap mutiara (dolomit), kilap lemak (talk), kilap tanah (bauksit).


mineral emas memiliki kilap logam (sumber: galleries.com)

3. Cerat
Cerat merupakan kenampakan mineral dalam bentuk serbuk (mineralnya digerus gitu lho). Terus diamati aja warna cerat/hasil gerusan mineral-mineral tersebut, mineral yang berwarna merah belum tentu ceratnya juga warna merah lho. Misalnya biotit warnanya coklat, ceratnya malah tidak berwarna, dll.

4. Bentuk
Kenampakan bentuk kristal ini mengamatinya biasanya dengan bantuan loop/kaca pembesar, tapi kalo mineralnya gede-gede ya gak perlu. Bentuk mineral bisa dibagi menjadi; amorf (tidak berbentuk), dan berbentuk kristal ; isometrik, tetragonal, heksagonal, rhombik, monoklin, dan triklin (wah apalagi nih?? Lain waktu bakal dijelasain tentang kristal, kalau gak sabaran bisa browsing-browsing di sumber lain.. hehe).

5. Belahan
Belahan ini merupakan kenampakan mineral terbelah (beda lho sama pecah). Belahan ini bisanya berbentuk bidang yang datar dan mulus (seperti dicetak gitu lah kenampakannya). Belahan dibedakan menjadi beberapa arah (contoh mineralnya), yaitu; belahan satu arah (muskovit), dua arah (ortoklas), tiga arah (kalsit). Bidang belahan boleh saling tegak lurus ataupun tidak, contoh yang tegak lurus itu mineral halit, yang tidak tegak lurus misalnya kalsit.

amethys ini masih satu keluarga dengan kuarsa, indah sekali ya (sumber: 3dchem.com)

6. Pecahan
Pecahan itu maksudnya kalo mineral itu dipecahkan, nah kenampakan bekas pecahnya itu seperti apa. Pembagiannya (contoh mineralnya); pecahan concoidal yaitu seperti bekas pecahan botol (kuarsa), spliteri atau fibrous pecahan yang berserat (asbes), pecahan uneven atau permukaan kasar dan tidak teratur (pirit), dan terakhir hackly atau permukaan kasar dan runcing2 (perak).

7. Kekerasan
Kekerasan disini bukan tingkat kriminalitas ya.. hehe.. kekerasan adalah tingkat ketahan mineral terhadap goresan. Skala kekerasan ini sudah ada yang buat, yaitu skala mosh dari nilai 1-10 (makin besar angka tingkat kekerasan makin tinggi), yaitu; 1. Talk, 2. Gipsum, 3. Kalsit, 4. Fluorit, 5. Apatit, 6. Ortoklas, 7. Kuarsa, 8. Topaz, 9. Korundum, 10. Intan. Wow, intan selain indah ternya keras sekali ya. Cara mengindentifikasi secara sederhana kekerasan suatu mineral dengan membandingkan kekerasan mineral dengan beberapa barang yang ada disekitar kita yang sudah diketahui tingkat kekerasannya, yaitu:
a. Kuku kita : 2,5
b. Tembaga : 3
c. Pecahan kaca : 5,5 – 6
d. Pisau baja : 5,5 – 6
e. Kikir baja : 6,5 – 7
Itu alat2nya, tapi kalo punya mineral yang sudah disebutkan tadi diatas (1-10) perbandingannya pasti lebih akurat.

intan merupakan mineral dengan kekerasan tertinggi (sumber: diamond.com)


8. Berat jenis
Untuk tahu berat jenis ini kita bisa memanfaatkan beberapa alat berupa piknometer, gelas ukur, dan neraca air.

9. Daya tahan mineral untuk tidak menjadi pecah (tenacity)
Caranya dengan membengkokkan mineral2 yang ingin diidentifikasi, dibagi menjadi (contoh mineralnya):
a.Brittle yaitu hancur menjadi pecahan-pecahan runcing (kuarsa)
b.Melleable yaitu dapat diubah2 bentuknya tanpa menjadi pecah (tembaga)
c.Sectile yaitu dapat diiris-iris dengan pisau (talk)
d.Fleksibel yaitu dapat dibengkokkan tapi tidak bisa kembali sendiri seperti semula (selenit)
e.Elastis yaitu dapat dibengkokkan dan bisa kembali seperti semula dengan sendirinya (muskovit)

10. Cara mineral meneruskan cahaya
Percobaanya dengan melihat suatu benda dari sebalik mineral yang akan diidentifikasi, pembagiannya yaitu:
a.Mineral transparan jika benda yang ada disebalik mineral dapat terlihat jelas
b.Mineral translucent jika benda yang ada di sebalik mineral tidak terlihat jelas, atau terlihat sangat samar2
c.Mineral opaq jika benda yang ada di sebalik mineral tidak terlihat sama sekali, karena minerl tidak meneruskan cahaya

11. Sifat lainnya: rasa, bau, kelistrikan, kemagnetan, daya hantar panas, keradioaktifan, posporisensi, dan fluorinsensi
Sifat lain-lain yang mudah diidentifikasi yaitu rasa (dicicipi jangan dimakan tapi ya.. hehe), baunya dengan dicium (mesra sekali sama mineral), dan kemagnetan dengan medekatkan ke magnet apakah ditarik kuat oleh magnet (feromagnetik), ditarik lemah oleh magnet (paramagnetik) atau tidak ditarik (diamagnetik).

Ternyata sifat-sifat mineral ini unik-unik ya.... banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk mengidentifikasi suatu mineral. Setelah sifat-sifat mineral teridentifikasi dengan baik, untuk penamaan mineral dapat dibandingkan dengan beberapa literatur, kalo saya sukanya pakai literatur karangan Pak Edward Henry Kraus, dkk. Judul : Mineralogy an Introduction to the study of Minerals and Crystals. Untuk identifikasi level megaskopis buku tersebut sangat recomended.

Keterangan: pengetahuan sederhana ini saya dapatkan di semester 1 kuliah geologi dasar yang diampu oleh Pak Soetoto, teknik geologi UGM, jika ada yang salah mohon dikoreksi.
Semoga sukses dan sehat selalu teman-teman semua.

Sabtu, 16 April 2011

Play Around Devata Island-Bali

Setelah 6 bulan penelitian, akhirnya selesai juga, pastinya dengan hati senang dan puas. Waktunya, aku (azim), yogi, aas, n irien ngirim hasil penelitian ke panitia International Geoscience Converence di Bali. Beberapa bulan direspon, Alhamdulillah diterima. Artinya harus presentasi di Nusa Dua Bali. Senengnya... memang rejeki dapet sponsor $2400,00 lagi.. hehe
Langsung terpikir, jalan2 muter Bali Euy.. Alhamdulillah.. gratis tis tis..dapat uang saku lagi hehe..
o iya, saranku, kalo di bali lebih enak sewa motor (@50 ribu per day), ketimbang taxi, bisa habis 1 jeti sehari.. gak ada angkot..Berikut beberapa (sedikit) foto-foto bali, recomended place lah buat jalan2..

1. Pantai Kuta Bali

2. Banyak Patung2 keren di dalam Kota


3. Ini namanya GWK (Garuda Wisnu Kencana)


4. Ini foto burung Garuda nya Wisnu


5. Pantai juga nih


6. taman di Nusa Dua


7. Makan Siang di Westin Hotel


8. Taman di Nusa Dua juga...


9. jangan lupa ke sini






Itu beberapa tempat yang asyik dikunjungi di Kuta dan sekitarnya.. Silakan dicoba..

Kamis, 24 Maret 2011

GIS analysis of Mass Movement on Girimulyo District, Kulonprogo, D.I. Yogyakarta and Study of Controlling Factors

Azim, Irien, Yogi, Asnanto, and Salahuddin Husein
Presented on Bali 2010 International Geosciences Conference & Exposition

ABSTRACT

There were several landslides had occurred at Girimulyo District, Kulonprogo Regency, Yogyakarta Special Province. These suggest that this area exhibits high potential of mass movement. This research is intended to map and analyze the mass movement potentail by using two methods, i.e. qualitative and quantitative, respectively. Direct observation is on site study for internal factors (e.g. lithologies and geologic structure) and external factors (e.g slope, vegetation, and landuses). Quantitative method utilizes Geographic Information System (GIS) spatial analysis on weighted parameters, i.e. slope, lithologies, geologic structures, and landuses. The research area is mainly composed of weathered lithologies of andesit breccia and breccia tuff covering steep slopes, whilst the rainfall rate reaches up to 2205 mm/y. Both factors are presumed to be the main trigger of mass movement. Result of this research is landslide susceptibility zonation which consist ot four levels which can be used as a basic information for hazard mitigation and regional planning. There were two types of mass movement exist at this area, fall movement were predominant in andesitic intrusion, whereas flow movement mainly took place in andesitic breccias, coralline limestones, and tuffaceous siltstones. This study suggests that more attention and awareness should be paid for areas with high and very high susceptibility levels such as Tanggulangin, Talunombo, and Giripurwo, particularly during high rainy season.
Keywords: Landslide, GIS, Types of Mass Movement, Internal Factors, External Factors, Girimulyo Yogyakarta.

versi Indonesia:
Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo, Propinsi DIY dikenal sebagai salah satu lokasi yang berpotensi cukup tinggi dalam terjadinya gerakan tanah. Hal ini terbukti dari banyaknya lokasi gerakan tanah yang ditemukan dan telah menimbulkan kerugian. Penelitian ini ditujukan untuk memetakan dan menganalisis potensi gerakan massa dengan 2 metode yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pengamatan langsung di lapangan dilakukan dengan memperhitungkan faktor internal (litologi dan struktur geologi) dan faktor eksternal (kemiringan lereng, vegetasi, dan tataguna lahan). Metode kuantitatif dengan menggunakan analisa keruangan Sistem Informasi Geografi (SIG) pada parameter yang telah diberi bobot. Terdapat empat parameter yang diberi bobot yaitu litologi, struktur geologi, tata guna lahan, dan kemiringan lereng. Litologi pada lokasi penelitian terutama tersusun oleh breksi andesit dan breksi tuff yang telah mengalami pelapukan cukup tinggi, sedangkan curah hujan secara umum sebesar 2205 mm/tahun. Kedua faktor diatas diduga menjadi salah satu penyebab utama terjadinya gerakan tanah. Penelitian ini menghasilkan peta kerentanan tanah dan terbagi menjadi empat zona yang digunakan sebagai informasi dasar untuk melakukan mitigasi bencana dan pengembangan area yang lebih baik dan terencana. Terdapat dua jenis longsoran yaitu tipe aliran dan tipe jatuhan. Tipe aliran mendominasi jenis tanah longsor yang ada di daerah ini. Hasil penelitian juga menunjukan perlunya peningkatan kewaspadaan terhadap daerah yang termasuk zona tinggi dan sangat tinggi seperti desa Tanggulangin, Tanulombo, dan Giripurwo terutama pada saat musim penghujan.
Kata kunci: Gerakan Massa, SIG, Jenis longsor, Faktor Internal dan Eksternal, Girimulyo Yogyakarta.


berbahagia bersama tim "dapet best paper Internasional euy--> spiks mas yogi ngeriks emang

Kamis, 10 Maret 2011

Geowisata di sekitar Jogja (yogyakarta)

Belajar ilmu geologi bukan melulu juga belajar tentang mineral, minyak bumi, batubara,dll, tapi juga mempelajari keindahan alam yang di ciptakan Allah SWT. Dalam ilmu geologi ada juga matakuliahnya yang terkait dengan bentang alam. Namanya kuliah geomorfologi. Pokoknya dalam mata kuliah yang satu ini bakal sering jalan2 melihat bentang alam yang indah-indah.

Pada kesempatan ini saya akan memperlihatkan sedikit foto-foto jalan-jalan ke tempat2 yang memiliki pemandangan asyik di sekitaran kota Jogja. Oke kita langsung saja ke TKP:

1. Pemandangan Gunung Merbabu dari Pasar Bubrah (hampir sampai di Puncak Merapi)
Walaupun jalan kaki dari jam 12 malem sampai puncak merapi jam 3 pagi, tetap semangat demi melihat keindahan alam ciptaan Allah SWT.


2. Keceriaan bersama teman2 di Pantai Parangtritis (Paris), ketawa-ketiwi lepas setelah menempuh perjalan naik motor santai 1 jam dari Jogja.



3. Melihat tebing yang Indah di Gunung Kidul, ya kira 1 jam lah dari jogja ke arah timur.



4. Melihat bentang alam kars di gunung kidul juga, ya 2 jam an lah dari jogja.



5. atau ngeliat padang2 pasir Parangkusumo (serasa di gurun euy), ni gumuk pasir letaknya gak jauh dari Parangtritis.



Pokoknya sekitar Jogja masih banyak tempat2 yang indah, dilain waktu saya posting lagi...

Selasa, 08 Maret 2011

Cerpen Dasar-Dasar Log (pengeboran)

Terinspirasi dari course kemarin sabtu, saya kelabakan mengerjakan analisis data logging. cos, udah pada lupa dasar-dasarnya (wah ketahuan jarang belajar euy hehehe).
Supaya ingat kembali, saya mencoba menulis di blog ini, ya itung-itung berbagi juga untuk semua.. lets see..

Pada kesempatan ini saya akan mencoba membahas secara singkat 7 jenis log yang sangat sering digunakan dalam pengeboran. Pengetahuan ini saya dapatkan dari Bapak-bapak dosen GMB, Jurusan Teknik Geologi FT UGM, kalau ada yang salah, berarti saya salah mendengar dan membacanya hehe..

Log yang akan dibahas adalah ; Log Gamma Ray (GR Log), Log Spontaneous Potensial Log SP), Log Caliper (Cali Log) dan Log Bit Size (BS Log), Log Resistivitas (Resistivity Log), Log Densitas (Density Log), Log Neutron (Neutron Log), dan terakhir Log sonik/Akustik (Sonic Log).

Secara singkat, dasar-dasarnya adalah sebagai berikut:
1. Log Gamma Ray
Alat pendeteksi dalam log gamma ray berfungsi menangkap pancaran radioaktif yang di pancarkan oleh formasi batuan (sistem pasif). Beberapa unsur yang ditangkap adalah Thorium, Potasium, dan Uranium. Jika batuan banyak memancarkan ketiga unsur tersebut (atau salah satunya) maka nilai log gamma ray akan tinggi (misalnya pada lempung/shale log gamma ray tinggi karena banyak mengandung potasium, sedangkan pada batupasir bacaan rendah karena?? ya karena kandungan ketiga unsur tersebut memang sangat sedikit).

2. Log Sontaneous Potensial
Prinsip kerjanya adalah alat mengukur beda potensial arus searah antara elektroda yang bergerak di dalam lubang bor dengan elektroda di permukaan. Nilai beda potensial ini sangat tergantung kepada kandungan fluida di dalam formasi, misalnya fluida yang ada di dalam formasi adalah air asin (salin water), maka resistivitas akan sangat kecil dsb.

3. Log Caliper dan Log Bit size
Log Caliper ini berfungsi untuk mengetahui kondisi diameter lubang bor (misalnya dinding sumur ada caving atau tidak dsb), sedagkan log bitsize a menunjukkan ukuran mata bor yang digunakan pada saat pengeboran. Kedua log ini biasanya bersama-sama digunakan untuk mengetahui keadaan dalam lubang bor(perubahan diameter lubang bor).

4. Log Resistivitas
Log resistivitas digunakan untuk mengukur tahanan jenis batuan (beserta fluida yang dikandungnya) terhadap arus listrik yang bamelaluinya. Sifat menghandatkan listrik ini di dapat dari kandungan fluida yang ada di dalam pori-pori batuan.

5. Log Densitas
Berdasarkan berbagaimacam pendekatan, diketahui bahwa batuan yang berpori akan memilili kandungan elektron yang lebih sedikit dibandingkan dengan batuan yang tidak berpori. Sistem kerja log densitas ini memanfaatkan sifat batuan tersebut. Alat menembakkan sinar gamma yang membawa foton ke dalam batuan, kemudian foton-foton tersebut akan bertumbukan dengan elektron yang ada di dalam batuan. Banyaknya energi sinar gamma yang hilang di dalam batuan akan menunjukkan densitas tertentu suatu batuan.

6. Log Neutron
Sama dengan log Densitas, log Neutron ini juga menembakkan sesuatu ke dalam formasi untuk memperoleh data. Pada Log neutron ini partikel yang ditembakkan adalah partikel neutron berenergi tinggi. Jika partikel tersebut menambrak atom H (asumsinya dari senyawa hidrokarbon atau air) maka energi neutron akan melemah. Alat pendeteksi akan menghitung partikel neutron yang kembali dari formasi.semakin tinggi kandungan H di dalam formasi, maka semakin tinggi pula nilai porosity unit yang terbaca oleh alat.

7. Log Sonik/Akustik
Peralatan log sonik ini melepaskan gelombang suara ke dalam batuan, kemudian setelah melewatinya, ditangkap kembali oleh alat penerima.Begitulah ulasan singkat log-log yang sering digunakan pada proses pengeboran minyak bumi... masih banyak yang kurang..

pastinya.. tapi secara mendasar begitulah sistem kerjanya.. selamat menikmati hehehe

Jumat, 04 Maret 2011

Pemboran (drilling)

Belajar ilmu geologi di teknik geologi UGM bukan melulu belajar ilmu geologi murni. Di semester-semester akhir pelajaran tentang aplikasi ilmu geologi untuk energi, sumber daya mineral dan lingkungan semakin banyak didapatkan. Pada kesempatan ini penulis akan berbagi sedikit tentang geologi yang terkait dengan sumber daya energi (minyak bumi). ----> pemboran (sumber gambar : www.drillingsupply.info/exploration-drill-rigs-pictures.html)



Kata-kata pemboran (drilling) sangat sering kita dengarkan,apalagi bagi kita-kita yang tinggal di sekitar lapangan minyak bumi, wah kayak sepakbola aja ada lapangan segala.. hehe. Beberapa pemboran yang penulis ketahui yaitu:
a. Pemboran stratigrafi
b. Pemboran Struktur
c. Pemboran untuk operasi seismik
d. Pemboran Eksplorasi
e. Pemboran Produksi
nah, dalam ilmu geologi, di antara beberapa jenis pemboran yang disebutkan di atas, pemboran eksplorasi lah yang sangat penting.

Beberapa peralatan yang digunakan dalam pemboran:
secara umum peralatan pemboran di istilahkan dengan istilah (bahasa ku ribet banget hehe)drilling rig atau rig pemboran. Secara garis besar rig pemboran ini dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Rotaring System
b. Cyrculating System
c. Hoisting System

Penjelasan begini nih...

a. Rotaring System
berfungsi untuk memutar pipa kelly. nah apalagi arti pipa kelly itu?? pipa kelly itu adalah pipa yang berbentuk persegi enam dengan panjang sekitar 40 ft, berfungsi untuk meneruskan tenaga putaran dari rotaring table menuju pipa pemboran.

b. Cyrculating System
alat yang satu ini berfungsi membantu sistem rotari pada saat terjadi pemboran dan menjaga serta memperbarui lumpur pengeboran dalam lubang pemboran.

c. Hoisting System
berfungsi untuk menurukan dan mengangkat rangkaian pipa, karena pada waktu2 tertentu (misalnya waktu ingin mengambil iti batuan, mengganti mata bor, dsb).

sebenarnya masih banyak penjelasannya, tapi secara umum sampai disini dulu.. see u..
(sumber : kuliah GMB dulu di kampus tgl ft ugm tercinta)

Rabu, 02 Maret 2011

Lineasi vs Lineament

Lineasi adalah terminologi suatu struktur linier pada suatu batuan misalnya; garis aliran, gores garis, susunan sejajar material sedimen pada batuan sedimen atau pada sumbu lipatan. Lineasi sering disamakan dengan lineament, padahal keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Lineament lebih tepatnya diartikan sebagai suatu pola kelurusan morfologi yang dengan mudah dapat diamati dari peta tiga dimensi, yang juga berkaitan dengan kontrol struktur geologi yang terdapat pada daerah tersebut.


Contoh Lineament Morfologi (sumber:http://html.scirp.org)

Lineasi yang ditemukan dilapangan dapat dibedakan menjadi; lineasi berupa goresgaris, lineasi sebagai suatu lipatan, lineasi sebagai hasil perpotongan foliasi, lineasi mineral, lineasi fragmen batuan/ooid, dan boudinage, rods, dan mullion. Masing-masing tipe lineasi tersebut memiliki karakter tertentu sehingga dapat dibedakan. Pembentukan lineasi sekurang-kurangnya dapat dibedakan menjadi 3 mekanisme, yaitu; lineasi karena perubahan kedudukan mineral, lineasi hasil deformasi ooid/pebbles, lineasi terbentuk berupa rods, mullion, dan boudinage. Lineasi memiliki hubungan yang erat dengan pembentukan struktur geologi, baik sesar, ataupun perlipatan.

Gores garis pada sesar menunjukkan arah pergerakan hanging wall terhadap foot wall (sumber: http://blogs.agu.org)

Minggu, 09 Januari 2011

Pembentukan batuan mix silisiklstik

Meskipun pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan sedikit bahwa akan sangat sulit menemukan batugamping dengan batuan silisiklastik terendapkan bersama-sama, dalam suatu lingkungan pengendapan, dan waktu yang sama, tapi seorang peneliti bernama mount menganggap bahwa ada suatu keadaan yang memaksakan terjadinya percampuran (persentase tertentu) antara sedimen karbonat dengan sedimen silisiklastik bercampur membentuk batuan "mixsilisiklastik". wah bagaimana ceritanya?? lets see...

Menurut Mount (1984), ada 4 kemungkinan terjadinya proses pencampuran batuan dilingkungan paparan (shelf), yaitu:
a. Pencampuran sela (punctuated mixing)
b. Percampuran fasies (facies mixing)
c. Percampuran in situ (insitu mixing)
d. Percampuran batuan induk (source mixing

Penjelasan:

a. Percampuran sela terbentuk akibat terjadinya arus badai, secara sporadis dan besar, yang kemudian dapat memindahkan endapan sedimen ke lingkungan pengendapan batuan yang lain, dalam jumlah besar. Misalnya, endapan silisiklastik yang ada di sekitar garis pantai yang dipindahkan oleh arus badai, atau angin ke daerah yang lebih dalam, tempat pembentukan batuan karbonat.

b. Percampuran fasies, terjadi mengikuti hukum walther. Hukum ini mengatakan bahwa, perubahan fasies secara vertikal juga akan di ikuti oleh perubahan fasies secara lateral, dan sebaliknya. Percampuran fasies akan terjadi di daerah perbatasan terumbu depan, terumbu belakang, dan daerah antar terumbu. Dapat juga terjadi di sayap paparan terumbu dimana material sedimen silisiklastik dekat pantai menjari dengan batuan karbonat. Selain itu dapat pula terjadi percampuran akibat percampuran di sekitar gumuk pantai, pada daerah pasang surut, dimana percampuran dapat terjadi karena media angin.

c. Percampuran in situ sering terjadi pada daerah paparan (shelf) silisiklastik yang juga menghasilkan batuan karbonat. Terjadi di lingkungan semi pasang surut biasanya. Material karbonatan yang ditemukan berupa amaterial autochtonous, dan paraautochtonous.

d. Percampuran batuan induk dapat terjadi karena adanya pengangkatan batuan karbonat dan lingkungan pengendapan menjadi daerah daratan. Kemudian batuan ini diangkut oleh proses eksogenik dan diendapakan pada daerah yang dominan batuan silisiklastik. Pada kenyataannya percampuran ini sangat sulit terjadi, karena jika batuan karbonat ketika tertransportasi dalam bentuk butir, maka segera akan terlarut dan hilang.

ya, begitulah cerita singkatnya.. semoga bermanfaat.. amin.
ket : pemahaman ini saya dapatkan dari materi kuliah sedimentology (Dosen : Dr. SSS)

Lingkungan Pengendapan Batugamping vs Silisiklastik

A. Batugamping membutuhkan kondisi yang jernih, sedangkan jika pada suatu cekungan pengendapan mendapatkan suplai sedimen yang banyak dari darat, akan membuat air menjadi keruh sehingga metabolisme organisme pembentuk batugamping terganggu dan menghambat cahaya matahari masuk. Akibatnya dapat membunuh organisme pembentuk batugamping tersebut. Dilain pihak, adanya suplai sedimen yang besar akan menghasilkan batuan silisiklastik.

B. Kondisi air yang hangat juga dapat terganggu oleh kehadiran material sedimen asal darat yang biasanya di bawa oleh air sungai. Percampuran ini akan menurunkan suhu air, serta menutupi penetrasi matahari yang juga menghangatkan lingkungan pengendapan batugamping.

C. Salinitas air laut juga dapat terganggu, karena adanya percampuran dengan air sungai pembawa material asal darat dapat menurunkan salinitas air laut yang merupakan syarat penting pembentukan batugamping.

Demikianlah mengapa antara batuan karbonat dan silisiklastik jarang ditemukan bersamaan.

Sabtu, 08 Januari 2011

Santai Saja Menjelang Ujian

Ujian.. kadang menjadi sesuatu yang menakutkan bagi mahasiswa..
(termasuk aku sih.. hehe)
karena ketika ujian tiba, belajar menjadi tidak menyenangkan, yang teringat cuma ketakutan nilai jelek, dsb.Sebenernya kuliah untuk nilai atau untuk ilmu sih?? dua-duanya kali ya?? hehe. Tapi, ketika harus dihadapkan kepada suatu pilihan, nilai atau pemahaman pastinya orang sadar akan memilih "pemahaman".
Orang yang merasa tidak nyaman ketika ujian alhasil nilainya "terancam bahaya", padahal kalo dia belajar saja seperti biasanya, Insya Allah nilainya bagus juga.
Dan yang terpenting belajar jauh2 hari, jadinya waktu ujian tinggal santai.
(orang bingung malem ujian, kita enak2an santai2 saja.. enak tho.. hehe)