Kuliah di geologi ataupun bekerja sebagai seorang geologist pastinya sangat akrab dengan alat yang namanya kamera. Setiap pergi mengambil data di lapangan, kamera tidak akan pernah ditinggalkan oleh seorang mahasiswa geologi ataupun geologist. Fungsi kamera ini pastinya untuk memoto objek-objek geologi yang ada di lapangan. Model utama biasanya adalah batu/singkapan, tetapi pemandangan indah juga sering menjadi model yang menarik sebagai kenampakan morfologi suatu daerah. Selain itu, biasanya para poter dan geologist nya pun tak luput ingin narsis-narsis-an di lapangan. Karena begitu dekatnya dengan kamera, tidak sedikit seorang geologist juga bekerja ganda sebagai fotografer terkenal, misalnya Kristupa saragih (fb: Kristupa Saragih) dan Juniarsam (fb: Al Juniarsam Full), mereka berdua adalah alumni teknik geologi UGM
Pada kesempatan kali ini aku ingin berbagi sedikit pengalaman tentang kamera, khususnya kamera DSLR. Kamera DSLR ini bisa dikatakan sangat tidak praktis dibawa ke lapangan, karena ukurannya yang besar dan bobot yang lebih berat ketimbang kamera pocket. Tetapi, karena hasil jepretannya bagus, banyak juga geologistnya yang suka membawanya ke lapangan.
DSLR merupakan singkatan dari Digital Single Lens Reflex. Kamera jenis ini biasanya digunakan oleh seorang yang profesional dalam dunia fotografi (fotografer). Tetapi, saat ini hampir semua orang bisa memiliki kamera tipe ini, karena harganya cukup terjangkau. Banyak orang lebih menyukai kamera ini ketimbang kamera saku (pocket camera) ataupun kamera prosumer, karena lensa pada kamera DSLR ini dapat diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, proses pengaturan pada kamera DSLR memungkinkan seseorang mengekspresikan kreatifitasnya dalam menjepret sebuah objek.
Berikut akan di jelaskan beberapa komponen pokok yang ada pada sebuah kamera DSLR.
1. Aperture
Aperture merupakan bukaan sebuah lensa yang menjadi pintu masuknya cahaya. Jadi, ketika bukaan aperture besar, maka kamera akan menerima banyak cahaya. Bukaan aperture yang besar sangat dibutuhkan pada kondisi pemotretan dengan cahaya yang minim, misalnya dalam ruangan, atau senja hari, dsb. Selain itu, bukaan aperture juga berfungsi untuk mengendalikan ruang tajam, mudahnya begini; jika kita menyeting aperture pada bukaan besar, latar belakang objek menjadi kabur, sedangkan jika setingan aperture pada bukaan kecil, foto yang dihasilkan cenderung memiliki ketajaman gambar hampir pada semua titik. Setingan Aperture pada kamera DSLR biasanya ditulis sebagai; f/2, f/4, f/6, dan seterusnya. Semakin kecil angka pembagi f (pada contoh tersebut f/2 paling kecil) artinya bukaan aperture semakin besar, artinya cahaya yang masuk ke kamera semakin besar pula, dan latar belakang objek semakin kabur.
2. Shutter Speed
Pada sebuah kamera, didepan sensor kamera tersebut terdapat komponen yang di sebut shutter. Fungsinya adalah mecegah cahaya masuk ketika tobol kamera/tobol shutter tidak di tekan. Semakin lama jendela shutter terbuka, maka akan semakin lama pula sensor kamera terkena cahaya. Dampaknya terhadap hasil jepretan adalah, jika jendela shutter terbuka lama, gambar akan semakin terang, sebaliknya jika shutter terbuka sebentar, gambar menjadi lebih gelap. Pada pengaturan shutter speed, akan terlihat angka-angka seperti; 60, 250, 500 dan seterusnya, ini maknanya adalah jendela shutter akan terbuka selama; 1/60 detik, 1/250 detik, 1/500 detik dan seterusnya. selain itu, pada pengaturan shutter tersebut juga ada tulisan 2" dan sebagainya, itu artinya jendela shutter tebuka selama dua detik. Pada saat jendela shutter terbuka. Jika pada saat jendela shutter masih terbuka, kamera bergerak, maka foto yang dihasilkan akan menjadi blur/kabur. Sehingga untuk pengambilan gambar dengan waktu shutter yang sangat lama di sarankan menggunakan tripod. Sedangkan untuk pengambilan gambar yang bergerak, disarankan menggunakan shutter speed yang cepat.
3. ISO
ISO adalah ukuran sensitivitas sensor terhadap cahaya yang ada. ukuran ISO biasanya dituliskan dalam angka-angka; 100, 200, 400, dan berlipat ganda hingga 6400 (ada juga kamera memiliki ISO yang berbeda. Semakin tinggi pengaturan ISO, misalnya 6400 artinya sensitifitas kamera terhadap cahaya semakin besar, artinya cahaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan gambar sedikit saja, dan sebaliknya. Jadi, jika ingin mengambil gambar pada kondisi yang gelap, sebaiknya menggunakan pengaturan ISO yang tinggi. Tetapi, penggunaan ISO yang tinggi akan menyebabkan gambar yang dihasilkan memiliki kualitas yang kurang baik, karena akan muncul bintik-bintik yang dikenal dengan nama noise.
Sebenarnya masih banyak lagi komponen-komponen DSLR yang lain seperti sensor, megapixel, image stabilizer, metering, mode kamera dan lain-lain. Tetapi ketiga komponen yang sudah di jelaskan di atas (aperture, shutter speed, ISO)-lah yang sangat berpengaruh dalam rangka pengelolaan intensitas cahaya bahasanya beribet amat hehehe Jadi, selamat mencoba ketiga pengaturan di atas, terutama bagi mahasiswa geologi atau geologist yang hobi sekali mengambil data sampai sore menjelang magrib, biasanya lagi dikejar deadline hahahhaa
oke, lebih kurang mohon maaf, sama-sama sebagai pemula...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar