Sudah lama ndak nongol di blogspot baru dapat kesempatan lagi sekarang..
kali ini saya ingin berbagi pengetahuan sedikit tentang eksplorasi sederhana pada endapan nickel laterite. Ini berdasarkan sedikit pengalaman di kota kecil di Konawe selatan, Sulawesi Tenggara. Tapi lokasi pastinya,,, rahasia perusahaan.. hehe...
Secara sederhana endapan nickel laterite terbentuk karena terjadinya pelapukan pada batuan yang kaya akan nickel, umumnya batuan ultrabasa (ultramafic), misalnya dunite, serpentinite, peridotite, komatite, dll. Pada dasarnya batuan-batuan di atas sudah mengandung nickel; misalnya serpentinite, tapi dengan presentasi yang relatif kecil (kira-kira 0.3%). Tetapi, dengan adanya proses pelapukan, dan pencucian mineral-mineral yang lebih ringan, terjadilah pengkayaan, dan pada akhirnya persentasi nickel pada lapukan batuan tersebut meningkat (saat ini yang dinyatakan ekonomis adalah rata-rata >1.8%, tetapi endapan dengan kadar 1.5% sudah dikategorikan ore dan dikumpulkan sebagai stockpile).
Foto 1. Conto setangan (hand specimen) Serpentinite
Setelah mengalami proses lateritisasi, batuan ini berubah warna menjadi coklat kehijauan, dan menjadi gembur (brittle, dan mudah diremas), orang kampung bilang; ore yang bagus yang warnanya seperti kotoran kuda.. hehe..
Bedasarkan pengalaman di lapangan, ada beberapa hal yang bisa menjadi petunjuk keberadaan endapan nickel laterite.
1. Vegetasi
Tumbuhan yang biasanya hidup di lokasi endapan nickel laterite pada umumnya adalah tumbuhan yang tidak memerlukan banyak air, misalnya ilalang (Foto 2).
Foto 2. Tumbuhan ilalang mendominasi lokasi endapan nickel laterite, dengan topografi bergelombang lemah
2. Tanah
Tanah yang umumnya menutupi endapan nickel laterite (OB) biasanya berwana merah. Tanah ini merupakan tanah hasil oksidasi dari batuan yang kaya akan besi (Fe). Seperti yang kita ketahui bahwa batuan-batuan basa hingga ultra basa memiliki persentase besi yang cukup tinggi, sehingga ketika teroksidasi, maka mineral hematite, limonite, goetite, akan sangat melimpah (Foto 3).
Foto 3. Kenampakan endapan nickel laterite setelah pengubasan tanah penutup
3. Topografi
Kondisi topografi juga menjadi faktor penting dalam proses lateritisasi. Kondisi topografi yang datar atau sedikit bergelombang (undulating) lebih baik untuk proses lateritisasi dibandingkan dengan topografi yang curam. Alasannya; topografi yang datar atau sedikit bergelombang lebih berpeluang menghasilkan tanah laterite yang tebal. (foto 2), jika dibandingkan topografi yang curam yang biasanya soil lebih mudah tererosi.
4. Batuan
Jenis batuan pastinya menempati identifikasi yang terpenting dalam mengeksplor suatu daerah. Keberadaan batuan-batuan ultrabasa (Foto 1) sebagai geologi regional suatu daerah merupakan hal yang penting untuk menemukan keberadaan endapan nickel laterite. akan sangat lucu jika kita mencari endapan nickel laterite pada suatu daerah dengan litologi batugamping yang luas dan tebal dan sangat sulit menjelaskan keberadaan endapan nickel laterite pada kondisi geologi seperti itu.
Dalam bisnis nickel, faktor kadar nickel (grade) yang diminati buyer, perbandingan tebal OB dan endapan (ore) (stripping ratio), posisi dan akses ke jeety dll juga menjadi perhatian besar, karena hal-hal tersebut sangat erat kaitannya dengan uang/pembiayaan/nilai investasi. Tentu saja hubungan dengan masyrakat sekitar tidak dilupakan.
Demikian ulasan singkat tentang nickel laterite, jika ada masukan atau pertanyaan, silakan hubungi saya.