Indahnya Geologi

Indahnya Geologi

Rabu, 09 Mei 2012

Cara mengenali batuan alterasi (How to know alteration rocks)


Beberapa pertanyaan yang sering muncul bagi seorang geologist yang baru lulus terkait alterasi adalah sebagai berikut:
1. Batu ini sudah teralterasi atau belum?
2. Waktu batuan itu teralterasi bagaimana sih keadaan lingkungannya? (suhu, tekanannya, dsb)
3. Apakah batuan ini teralterasi karena proses hidrothermal? Atau nggak?
4. Batuan asalnya apa?

Alterasi berasal dari kata alter yang lebih mudah diterjemahkan sebagai “ubah”, jadi, suatu mineral dikatakan sebagai mineral alterasi jika mineral tersebut sudah berubah dari mineral aslinya. Perubahan ini terjadi karena perubahan komposisi kimia dari mineral tersebut. Setiap mineral tersusun atas satu atau beberapa unsur yang berikatan. Ada ikatan yang sangat kuat, tetapi ada juga ikatan yang sangat lemah. 

Jika dibawa ke contoh ngawur; si A berpacaran dengan si B (ikatan AB), kedua2nya adalah pasangan yang sangat akur, dan saling setia (ikatan kuat), meskipun datang si C, si A dan si B tidak akan putus, karena ikatannya kuat (maka akan tetap menjadi ikatan AB). Berbeda dengan pasangan si D dan si E (ikatan DE)yang tidak akur dan tidak saling setia (ikatan lemah), ketika datang si C, si D cenderung akan selingkuh dengan si C, sehingga terbentuk ikatan baru yaitu CD. Artinya dihasilkan sesuatu yang baru.

Jika dibawa lagi ke mineral, perubahan komposisi kimia mineral inilah yang menghasilkan perubahan mineral  (mineral alterasi).
Mari kita bawa ke contoh nyata pada endapan skarn. Pada endapan skarn mineral alterasi yang terbentuk adalah calc silicate minerals. Mineral ini terbentuk karena adanya reaksi antara Ca pada batu gamping (CaCo3) dengan larutan hidrothermal yang kaya silikat. Ca dan Co3 akhirnya berpisah dan si Ca bereaksi dengan silikat. (Ca selingkuh hehehe)

 Epidote (hijau dan prismatik) adalah contoh mineral Ca + silikat.
sangat umum ditemukan pada endapan skarn (retrograde)

Kita kembali ke 4 pertanyaan di atas, untuk menjawab itu semua kita harus melakukan observasi beberapa hal pada batuan meliputi;  tekstur asli (kalo masih kelihatan lho) biasanya terlihat hanya sebagai tekstur sisa, warna, asosiasi mineral, tekstur, intensitas alterasi, hubungan overprinting, dan pola distribusi mineral alterasi. Mari kita bahas satu persatu...

      Apakah batuan sudah teralterasi?
Cara paling mudah menjawab pertanyaan itu tentunya adalah dengan cara membandingkan batuan yang sama (tapi masih fresh) yang ditemukan pada unit yang sama (ya iyalah.. masalahnya kita kadang ragu apa batuan asalnya.. hehe)
Kita bisa melihat komposisi mineral/asosiasi mineral yang ada pada suatu batuan, apakah ada mineral-mineral yang dianggap sebagai mineral alterasi? Artinya bukan anggota dari rock forming mineral. Apakah ada beberapa komponen yang tidak hadir (yang sebenarnya selalu hadir pada batuan asalnya)? Dengan asumsi mereka sudah teralterasi menjadi sesuatu. Misal Feldspar pada diorit (kan harus ada tu) tapi kita hanya menemukan lempung, berarti batuan itu telah teralterasi.
Melihat teksur batuan tersebut, mineral yang teralterasi kuat cenderung kehilangan tekstur aslinya, misal sudah tidak granular lagi dsb, tetapi pada batuan alterasi sedang hingga lemah masih menyisakan kenampakan tekstur asli batuan.

      Waktu batuan itu teralterasi bagaimana sih keadaan lingkungannya?
Mengetahui keadaan pada saat batuan terbentuk memang menjadi tantangan bagi seorang geologist. Tetapi dengan mendeskripsi batuan dengan tepat akan bisa menghasilkan kesimpulan ini. Pengamatan terhadap tekstur sisa (relict texture) dapat memberikan informasi tekstur asli batuan asal. Dengan mengetahuinya kita dapat menduga batuan tersebut terbentuk dimana (ex. Dangkal? Atau dalam?). Pengamatan terhadap mineral-mineral alterasi (dan asosiasinya) juga bisa memberikan informasi keadaan pada saat batuan tersebut teralterasi. Misalnya; epidote, bisa dikatakan terbentuk pada suhu yang tinggi, karena memang mineral ini terbentuk pada suhu yang tinggi. Dsb.

3.       Apakah batuan ini teralterasi karena proses hidrothermal? Atau nggak?
Secara sederhana batuan yang teralterasi karena proses hidrothermal penyebarannya tidak terlalu luas dan dapat dilihat rentang intensitas alterasi dari yang lemah hingga yang kuat. Selain itu batuan yang teralterasi karena proses hidrothermal akan cenderung kehilangan tekstur aslinya. 

Batuan asalnya apa?
Beberapa hal yang harus dideskripsikan dalam menentukan jenis batuan asal adalah;
a.       Hubungan di lapangan (field relationship), relict texture (tekstur sisa), dan asosiasi mineral. Kenampakan batuan alterasi di lapangan dan hubungannya dengan batuan-batuan yang lain (fresh rock) yang ada di sekitarnya dapat memudahkan kita menentukan jenis batuan asal.
b.      Pada batuan yang telah teralterasi biasanya tetap akan memperlihatkan relict texture (tekstur sisa). Tekstur sisa ini dapat memberikan informasi kepada geologist untuk mengindetifikasi tekstur awal sewaktu belum terlaterasi. Ketika tekstur awal suatu batuan sudah teridentifikasi akan semakin mudah menentukan jenis batuan asal.
c.       Asosiasi mineral, baik yang teralterasi ataupun tidak dapat memberikan informasi tentang jenis batuan asal suatu batuan.

Demikian sedikit share, semoga berguna... 

5 komentar:

yohandi mengatakan...

Nice blog, keep writing!

yohandi mengatakan...

nice blog, keep writing

database mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
database mengatakan...

Nice Blog + artikel ^^
jd mengenang masa kmarin..hihih
pernah bljar tntang ini with Pak Agus Irfan,,byak dpt ilmu baru about dunia Geologi ktika masi handle Database di prosperity ...hmmmm..:)

Keep writtting....:) ( marlia_nz)

Azim Suwardi mengatakan...

hehe..
sambil belajar juga lia..
makasih komentarnya.. :D